Dalam upaya mendorong keberlanjutan pertanian dan mengurangi limbah plastik, sekelompok mahasiswa dari UPN Veteran Jawa Timur berhasil menciptakan botol fermentor dari galon dan selang bekas. Inovasi ini diperkenalkan sebagai alat untuk memproduksi pupuk organik cair di Desa Kalipucang.
Proyek ini merupakan bagian dari program Bina Desa yang bertujuan memberdayakan masyarakat dan memanfaatkan sumber daya lokal dengan lebih baik. Tim mahasiswa yang dipimpin oleh Raihan Arfian Raya, bersama anggotanya Nashrul Haqqi, Yasmiati, Rahma Putri Salsabila, dan Sabrina Nayla Junaidi, memanfaatkan galon bekas yang biasanya dibuang oleh masyarakat. “Dengan mengubah limbah plastik menjadi alat yang bermanfaat, kami tidak hanya membantu petani, tetapi juga berkontribusi pada pengurangan sampah di desa,” ujar Sabrina.
Botol fermentor ini dirancang agar mudah digunakan oleh petani. Proses pembuatan pupuk organik cair dimulai dengan mengisi galon bekas dengan limbah organik seperti kulit pisang dan kotoran sapi, ditambah air dan beberapa bahan pengurai seperti EM4 dan ragi. Selang yang dipasang pada galon berfungsi untuk mengalirkan gas hasil fermentasi, sehingga mencegah tekanan berlebih dan menjaga kualitas fermentasi. Setelah proses berlangsung selama 10 hari, pupuk organik cair yang kaya nutrisi pun siap digunakan.
Inovasi ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan limbah dan praktik pertanian yang berkelanjutan. Dengan adanya botol fermentor, petani tidak hanya mendapatkan pupuk organik cair yang lebih aman bagi tanaman dan lingkungan, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.
Melalui kolaborasi antara mahasiswa dan masyarakat, diharapkan akan muncul lebih banyak proyek inovatif yang mendukung keberlanjutan dan kesejahteraan petani di Desa Kalipucang dan sekitarnya. Dengan semangat gotong royong, desa ini berkomitmen untuk menjadi teladan dalam pengelolaan sumber daya yang lebih bijaksana dan ramah lingkungan.
Keberlanjutan Pertanian Melalui Inovasi Mahasiswa
Mahasiswa UPN Veteran Jawa Timur tidak hanya berfokus pada teori, tetapi juga menerapkan pengetahuan mereka untuk kebaikan masyarakat. Dengan menciptakan botol fermentor dari galon bekas, mereka menunjukkan bahwa inovasi dapat lahir dari sumber daya yang ada di sekitar kita. Proyek ini memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya daur ulang dan pemanfaatan limbah.
Di Desa Kalipucang, inisiatif ini menjadi pendorong bagi petani untuk beralih ke praktik pertanian yang lebih ramah lingkungan. Pupuk organik cair yang dihasilkan tidak hanya membantu meningkatkan hasil pertanian, tetapi juga menjaga kesehatan tanah dan ekosistem.
Sabrina, salah satu anggota tim, menekankan, “Kami ingin menunjukkan bahwa dengan kreativitas dan kerja keras, kita bisa mengatasi tantangan lingkungan sambil mendukung ekonomi lokal.” Dengan semangat kolaborasi, proyek ini menjadi contoh nyata bagaimana mahasiswa dapat berkontribusi secara positif bagi masyarakat.
Menumbuhkan Kesadaran Lingkungan
Dengan peluncuran botol fermentor ini, diharapkan masyarakat Desa Kalipucang semakin sadar akan pentingnya pengelolaan limbah. Edukasi mengenai pemanfaatan limbah organik akan menjadi fokus dalam program ini, sehingga masyarakat tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga produsen pupuk yang bermanfaat.
Di masa depan, kolaborasi ini diharapkan dapat melahirkan lebih banyak inovasi yang mendukung keberlanjutan. Melalui pendekatan berbasis komunitas, mahasiswa dan warga desa dapat bekerja sama untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan, meningkatkan kualitas hidup, dan menjaga kelestarian lingkungan.
Potensi Daur Ulang dalam Pertanian
Inovasi ini juga membuka mata kita akan potensi besar yang dimiliki limbah plastik. Dalam dunia yang semakin peduli terhadap isu lingkungan, mengubah limbah menjadi alat bermanfaat adalah langkah yang patut dicontoh. Mahasiswa UPN Veteran Jawa Timur berhasil menunjukkan bahwa daur ulang bukan hanya sekadar jargon, tetapi bisa menjadi tindakan nyata yang memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Dengan semakin banyaknya inovasi seperti ini, diharapkan akan tercipta ekosistem yang lebih sehat, baik untuk manusia maupun lingkungan. Melalui pendidikan dan kolaborasi, masyarakat dapat dibekali pengetahuan untuk mengelola sumber daya dengan lebih baik.
Dengan langkah ini, Desa Kalipucang tidak hanya bergerak menuju pertanian berkelanjutan, tetapi juga menjadi contoh bagi desa-desa lain dalam memanfaatkan inovasi untuk mengatasi masalah lingkungan. Dengan kebersamaan dan kesadaran, masa depan pertanian yang lebih ramah lingkungan semakin terlihat jelas.